Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

The Journey: Bali, Semarang, dan Rangkuman Kenangan

Gambar
  Tanjung Benoa, Bali Dalam hidupku, mungkin kalau direka ulang akan banyak sekali melakukan perjalanan. Sampai curiga, jangan-jangan separuh hidupku lebih banyak di jalan wkwk. Biar begitu, rasanya sudah lama sekali aku tidak bepergian ke tempat yang sama sekali baru dan belum pernah aku datangi sebelumnya. Ada separuh jiwaku yang ternyata merasa bosan dengan destinasi perjalan yang itu lagi-itu lagi. Yah, walaupun aku tetap bisa menikmati, tapi aku merasa kehilangan 'rasa takut yang nagih' setiap kali akan mendatangi tempat baru. Nah, 4 bulan belakangan aku ternyata banyak melakukan perjalanan baik dekat maupun jauh. Dua di antaranya adalah Bali dan Semarang. Bali menjadi destinasi yang aku datangi untuk pertama kalinya seumur hidupku, sedangkan Semarang adalah destinasi yang akhirnya aku datangi lagi setelah lebih dari 10 tahun. Jogja-Bali dan kenangan baru Bulan Juni lalu, gempuran serangan tugas di akhir semester membuat aku ada di titik jenuh dan lelah yang akhirnya bikin

Kapan Terakhir Menangis?

Gambar
Kalau aku tadi malam. Trigger -nya adalah saat lihat unggahan Sri Izzati di Twitter. Yang waktu kecil sering baca buku Kecil Kecil Punya Karya (KKPK), mungkin nggak asing sama Sri Izzati yang kerap disapa Izzi. Beberapa jam yang lalu, Izzi mengunggah foto kelulusannya dari Columbia University dengan caption (takarir): " Imagine telling 8 y/o Izzati that 20 years later she would have a writing degree. " Baca takarir singkatnya, tangisku langsung pecah. Ada banyak hal dalam kepala yang akhirnya tumpah lewat sepotong kalimat yang singkat tapi powerful dari Izzi. Hal pertama yang muncul adalah, pas lagi capek banget ngerjain tugas kuliah, terus muncul foto orang wisuda tuh bikin overthinking banget, "ya Allah wisuda masih jauh banget rasanya." Di saat yang bersamaan juga aku seperti ditampar dengan fakta bahwa aku kok jahat banget sama diri sendiri dengan membanding-bandingkan pencapaianku dan orang lain. Melihat bagaimana Izzi menulis takarir, rasanya aku juga perlu me

Satu Hari di Krandonia

Gambar
  Sabtu (01/04) kemarin, mengawali April dengan buka bersama teman-teman sekelasku. Sebelum itu, di awal Ramadhan aku melihat konten Instagram yang isinya adalah opini berlawanan soal buka bersama. Yang satu dari seorang komika Nopek, dalam kontennya beliau sambat gak mau hadir buka bersama karena gak siap jadi pendengar cerita pencapaian orang lain. Terus satu konten lagi muncul dari Mas Agus Magelangan yang justru menyarankan untuk datang buka bersama aja karena "Sing pamer pencapaian ki paling mung siji loro thok." kata beliau. Dua hal berlawanan itu juga terjadi di aku. Sempat terselip rasa takut setiap kali mau ada momen kumpul-kumpul semacam ini, tapi selalu juga berakhir dengan bilang bahwa ini adalah rasa takut yang tidak pernah aku sesali.  Krandonia itu adalah nama sebutan untuk daerah tempat tinggalnya Ibu Tri, teman sekelasku yang jadi tuan rumah agenda ini. Untuk aku yang baru pertama kalinya menginjakkan kaki di Krandonia, ternyata ada beberapa hal yang kutemuka

Tumbuh bersama Laskar Pelangi

Gambar
  Januari lalu, akhirnya aku berhasil menyelesaikan proses membaca buku berbahasa Inggris. Ini buku bahasa Inggris pertamaku yang kubaca penuh seluruhnya dari halaman judul sampai habis. Jelas bukan pencapaian yang wahh kalau lihat latar belakang pemdidikanku yang jadi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Tapi tetep mari kita rayakan pencapaian kecil ini. Nah tulisan ini selain untuk perayaan "khataman", juga jadi perayaan lain karena judul buku yang aku baca ini sangat mempengaruhi perjalanan hidup dan berbagai sudut pandangku. Buku yang aku maksud adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, atau dalam bahasa Inggris judulnya The Rainbow Troops . Tahun ini resmi jadi tahun dimana aku sudah melahap versi lengkap Laskar Pelangi. Novel berbahasa Indonesianya, filmnya, dan yang terbaru adalah novel berbahasa Inggrisnya. Meskipun yang terbit lebih dulu adalah novelnya, tapi yang aku nikmati duluan sebetulnya yang versi film. Mari kita bahas perjalanan hidupku bersama

The Journey: Angin yang Romantis

Gambar
Halo! Saat mulai menulis ini, aku masih dalam keadaan tanpa sinyal di Pantai Ngetun, Gunung Kidul. Jam 3 pagi, gak bisa tidur gara-gara kafein kopi yang aku minum ada tenaga kudanya alias nampol banget. Aku simpan tulisan ini di di aplikasi pencatatat smartphone -ku, untuk diposting kemudian. Jadi, aku dan teman kuliahku mengawali tahun baruan dengan kepala berat karena dihantui UAS. "Apa itu libur?" Kata salah seorang dari kami. Lalu, tanggal 3 Januari kemarin adalah waktu untuk submit tugas penutup mata kuliah di semester ini. Aku sudah mulai menyusun rencana liburan untuk self reward setelah kerja keras garap UAS. Gayung bersambut, Rifat kirim woro-woro open trip camping di pantai. Tanpa pertimbangan yang makan waktu lama, aku pun konfirmasi kalau mau join tripnya. Terakhir aku beach camp udah lama banget soalnyaa, kalo nggak salah 8 tahun yang lalu. Rasanya aku harus (kembali) menceritakan dan mengabadikan  perjalananku lewat tulisan. Aku bingung harus menceritakan apa