Untuk Aban, Si Teman Perjalanan

Foto kiriman Aban saat transit di Narita Airport, Jepang
 

Halo! Tulisan ini sudah mengendap jadi draf sejak setahunan lalu. Dari dulu mau melanjutkan untuk menulis dan publish kok ya kayak masih kurang bahan gitu lho. Ternyata, emang hari ini gongnya.Hari yang sangat tepat buat merampungkan tulisan singkat ini. 

Saat aku menyelesaikan tulisan ini, di Indonesia jam menunjukkan pukul 15.40 WIB tanggal 2 Oktober 2022, dan Nabhan Mudrik Alyaum sedang dalam perjalanannya menuju Negeri Paman Sam. Pengalaman pertamanya pergi ke luar negeri setelah sekian tahun bisa dibilang jadi mimpi yang ndak sampai-sampai.

Nama di atas itu, adalah adik laki-lakiku yang pertama. Lahir tidak sampai 2 tahun setelah kelahiranku. Karena terbiasa menyapa pakai panggilan Aban, disini aku akan sebut dengan Aban aja yaa. Cerita ini mungkin jadi semacam surat yang aku kirim buat Aban. Aku bakalan cerita soal Aban dari sudut pandang aku. Isi tulisan ini bukan bahas soal kepribadian gitu si, ini lebih ke recall apa aja yang kita sudah lalui dari dulu sampai sekarang.

Dalam beberapa kesempatan, aku sering bilang "Aban tu rasanya bukan kayak adekku". Karena memang betul begituu, dari penampakan fisiknya aja Aban punya postur yang jauh lebih tinggi dibanding aku. Fiks makin bikin aku gak terlihat seperti mbaknya. Aku juga tidak menganggap Aban sebagai adik dalam artian sosok yang lebih lemah, lebih tidak tahu dan lebih tidak hebat. Status aku mbaknya Aban itu aku akui hanya setiap melihat Kartu Keluarga karena terlihat usiaku lebih tua dari Aban hahaha. 

Kalau diingat lagi, aku sudah berhenti melihat Aban sebagai adik kecilku adalah saat dia berantem sama temennya sampe temennya mimisan. Tanya sendiri ke orangnya lah yaa gimana ceritanya, aku juga gak tau menau 🤣🤣. Setelah itu kita berdua tetap tumbuh bersama, tapi aku memandang Aban sebagai teman dan rekan perjalanan sampai sekarang. Nah bahasan utama tulisan ini sebetulnya soal perjalanan. Karena kalo mau bahas soal kepribadian dan pencapaian, nanti aku kalah jauh 🤣🤣.

Mengantar Aban ke bandara I
Aku dan Aban lahir dari orang tua yang sudah melakukan perjalanan sejak muda, Bapak merantau saat kuliah begitu juga dengan Ibuk. Malah Ibuk sudah merantau sejak di bangku sekolah. Bakat jalan-jalan ini sangat diwariskan khususnya ke aku dan Aban. Kalau dengar dari cerita Ibuk, perjalanan pertama aku dan aban berarti terjadinya saat ibu berangkat buat ngajar ke sekolah sambil nggendong Aban yang masih bayi dan nggandeng aku yang masih batita. "Dulu pernah pas jalan bawa anak 2 di tengah sawah pas ujan deres dan berangin, terus payungnya terbang." Kata Ibuk pas cerita tentang perjalanan itu. Ini cerita sedih kalo dibahas, tapi saat itu aku ketawa karena membayangkan payung terbang itu lucu. Maaf ya buk yaa :(

Sampai sekarang, ada banyak banget perjalanan yang aku sudah lalui berdua sama Aban. Mulai dari main ke rumah Mbak Raras di Purbolinggo tanpa ditemani Bapak Ibuk, Ke Dufan sama Bapak, berangkat dan pulang sekolah pake angkot bareng pas SD, sampe mudik dan berangkat bareng waktu sekolah di Mu'allimin dan Mu'allimaat. Selepas lulus dari Mu'allimin dan Mu'allimaat, aku dan Aban sepertinya udah jarang banget melakukan perjalanan yang berdua aja. Tapi, di titik inilah perjalanan kami yang sebenarnya baru dimulai. 

Entah kebetulan atau bukan, aku dan Aban meskipun terpisah oleh jarak tapi sama-sama gabung di organisasi yang memungkinkan buat bepergian di beberapa agendanya. Kalau diliat-liat, perpindahan kita dari satu kota ke kota lainnya hampir nggak ada yang murni untuk tujuan jalan-jalan. Pasti ada aja yang dikerjakan. Ini yang bener kerja sambil main atau main sambil kerja si namanya? 

Waktu terus berjalan dan kita berdua masih terus belajar serta terus tumbuh berdua meski pun pada spektrum yang berbeda. Soal travelling gimana? Kalo sekarang udah ditahap saingan sii hahaha. Aku iri banget pas Aban menginjakkan kaki di Pulau Kalimantan, tapi ternyata aku lebih dulu berangkat ke luar negeri walaupun cuma Malaysia. Di hari lain Aban (mungkin) iri sama aku karena aku sudah dua kali ke Sulawesi, tapi hari ini aku iri dan bangga karena Aban akhirnya membalas dengan pergi juga ke luar negeri. Malah tujuannya gak main-main : ke Amerika!

Kalau aku jadi anak Bapak-Ibu pertama yang pergi ke luar negeri, makan Aban sekarang jadi anak yang pertama pergi ke Amerika. So cool!

Oke, sudah selesai. Terima kasih sudah menyempatkan membaca ini yaa. Saat tulisan ini publish, Aban sedang di pesawat menuju Dallas sebelum melanjutkan perjalanan lagi. Saat kalian membaca ini, mungkin si Aban sudah sampai di Nebraska, Amerika Serikat. Terpisah 12 jam dengan kita di yang di Waktu Indonesia bagian Barat. 

Mengantar Aban ke bandara II

P.S : Buat adek aku yang lain semoga nggak iri karena Aban dijadikan headline wkwk. Tunggu aja jatah kalian^^

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023: Final Review

Kubangan

Aku dan Buku