Maret dan Stasiun


Pic : koleksi pribadi

Untuk mengawali April aku mau menceritakan soal Maret yang terlalu sulit untuk dilupakan. Kalau diliat liat, ternyata bulan Maretku penuh dengan jalan-jalan. Seluruh akhir pekan di bulan Maret aku habiskan dengan bepergian!

Akhir pekan pertama aku ke Bogor bareng Aban dan Naila, lalu ketemuan sama Nuha disana. Destinasinya cuma ke IPB Dramaga dan ke Perpustakaan Nasional, lalu kita pisah lagi. Nuha kembali ke Jogja, lalu aku, Aban, dan Naila kembali ke Lampung. Akhir pekan yang kedua, ke Tanggamus bareng teman-teman IMM buat pelaksanaan Msyda XXI DPD IMM Lampung. Akhir pekan ketiga, trip pasca wisuda yang udah berasa membelah Lampung karena jauh banget fren. Bisa dibaca disini nih. Nah pekan terakhir ini yang jadi gongnya, di hari Sabtu pekan terakhir bulan Maret, posisiku lagi ada di Kediri which is Jawa Timur, malamnya aku ada di DIY dan besoknya ada di Solo dan Sragen Jawa Tengah. Udah boleh dong aku klaim bulan Maret sebagai si paling jalan-jalan.

KRL Jogja-Solo

Nah, kalau isi ceritaku cuma flexing perjalanan doang kan gimana gitu yaa. Kali ini, aku mau bahas soal stasiun. Kenapa stasiun? Ya karena pengen aja. 

Selama perjalanan Maret, ada beberapa stasiun baru yang masuk dalam hidup aku. Stasiun harus jadi pembahasan dalam satu postingan sebenernya karena entah kenapa kalau dibandingkan dengan bandara, terminal, dan pelabuhan, stasiun itu yang paling punya efek magis menusuk sanubari. Semua pangkalan kendaraan itu bagiku punya makna filosofis yang bagus : setiap pertemuan akan disertai dengan perpisahan; tapi stasiun rasanya tidak hanya sekadar tempat bertemu dan berpisah. Ada beberapa hal dari stasiun yang aku suka dan gak bisa didapatkan di tempat lain. Salah satunya adalah melodi yang selalu muncul sebelum mbak-mbak atau mas-mas petugas kasih pengumuman kereta datang, berangkat, atau sekadar melintas. Terus ada juga angka-angka kecil yang tertera di plang stasiun. Jadi angka-angka itu ternyata menerangkan posisi stasiun di atas permukaan laut. Penjelasan lengkapnya baca disini aja yaa. Nah setelah tau penjelasannya, setiap aku sampe di satu stasiun tu suka nyari plang yang ada angka di pojoknya karena penasaran seberapa tinggi sih letak stasiunnya dari permukaan laut.

Pic : koleksi pribadi

Selanjutnya aku mau cerita tentang stasiun apa aja yang menemaniku selama bulan Maret dan cerita di baliknya 

Stasiun Tanjungkarang 

Walau pun gak naik kereta, di bulan Maret aku sempat mendatangi Stasiun Tanjungkarang buat nganter Aban yang mau naik bis ke Jakarta. Iyaa, pangkalan bisnya ada di deket stasiun, parkirannya pun sama dengan parkiran stasiun.

Stasiun Pasar Senen

Ini juga sama ceritanya dengan Stasiun Tanjungkarang, dateng kesini cuma buat nganter Nuha yang mau naik kereta ke Jogja. Stasiun ini juga jadi stasiun di ibukota yang paling pertama aku datangi. 

Cr : tiketresmi.com

Stasiun Lempuyangan

Waktu perjalanan menuju Kediri, aku berangkat dari stasiun ini. Not very special si stasiunnya karenaa aku udah terlebih dahulu kagum sama Stasiun Tugu ketika dulu untuk pertama kalinya kenal sama yang namanaya kereta api. Tapi, aku tetap masukkan karena Stasiun Lempuyangan jadi stasiun pertama yang memberangkatkan aku ke perjalanan jauh setelah pandemi.

Pintu Masuk St. Lempuyangan

Stasiun Yogyakarta (Tugu)

Nah ini dia stasiun pertama yang aku datangi dalam hidupku. Nyobain Prameks ke Solo sama Bapak, juga untuk pertama kalinya. Dulu lantai stasiunnya masih tegel merah jadul gitu, terus tiketnya masih pake yang Edmondson. Gak lama setelahnya, KAI mengubah bentuk tiket jadi kertas biasa. Oiya, jam di peron juga signature banget menurutku. Waktu terakhir kesana, aku nggak begitu notice apakah jamnya masih ada atau nggak. 

Cr : tertera di watermark

Stasiun Madiun

Pas kemaren lewat di stasiun Madiun, rasanya kayak dream come true. Aku kenal stasiun ini waktu baca novelnya Dhonny Dhirgantoro yang 5cm. Ada adegan Genta cs makan pecel Madiun waktu perjalanan Jakarta-Jawa Timur, terus aku juga jadi penasaran rasanya makan pecel Madiun di Stasiun Madiun. Sekarang udah gabisa deh kayaknya pesen pecel kayak di adegan itu, tapi beruntungnya KAI menyediakan menu nasi pecel yang bisa di pesan di aplikasi KAI Access


Cr : kai.id

Stasiun Purwosari

Stasiun yang jadi salah satu rute KRL (dulu Prameks), ini adah stasiun tujuanku pertama kali saat perjalanan Jogja-Solo sama Bapak. Stasiunnya nggak sebesar Stasiun Solo Balapan, tapi karena lokasinya ada di Jl. Slamet Riyadi, jadi akses ke beberapa tujuan wisata di Solo justru jauh lebih mudah kalau turun di stasiun ini.

Cr : Dwi Ari Setyadi for detikcom

Stasiun Kediri

Kalo stasiun ini jelas spesial karena ini adalah stasiun yang aku datangi di penghujung Maret tapi jadi stasiun Jawa Timur pertama yang aku datangi dalam hidupku. Selain itu, aku juga merasakan merasakan servisnya PT KAI yang sangat jauh lebih baik. Bikin perjalananku jadi no worries. Kayak iklan ya? Tapi emang betulan kok. Kalo kamu sama sekali belum pernah kereta, ayok cobain buruan!

Kalau kamu, adakah pengalaman yang bisa dibagi tentang stasiun?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023: Final Review

Kubangan

Aku dan Buku