Untuk Maple

Sumber : Freepik
 

Sebagai pembuka, aku mau bertanya dulu. Apa yang pertama kali muncul dalam benakmu ketika melihat daun yang berwarna oranye dan memiliki bentuk unik itu? Atau adakah dari kalian yang belum pernah sama kali melihat daun itu? Buat aku, daun maple mengingatkan aku pada 2 hal : nama tempat dan nama orang. 

Pertama kali mengenal daun maple adalah saat aku menyelesaikan membaca novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi. Jujur, aku sudah lupa isi cerita buku itu, bahkan saat coba buka sinopsisnya di internet pun aku gak bisa mengingat apa yang terjadi pada si tokoh Alif. Satu-satunya yang aku ingat hanya informasi bahwa daun maple merupakan daun yang ada di bendera negara Kanada. Sejak saat itu, setiap melihat daun ini otak aku langsung otomatis merelasikan ke negara Kanada. Maple is Canada, Canada is maple. Kira-kira begitu.

Kisah daun maple dari novel Ahmad Fuadi ini hanya satu dari sekian banyak hal yang membuat aku ingin pergi ke luar negeri. Aku ingin menatap luasnya dunia di luar sana, aku ingin mengeksplorasi hal-hal baru yang belum aku ketahui, aku ingin merasakan rasa rindu yang menggebu pada tanah air, juga ingin merasakan berinteraksi dengan budaya yang berbeda total dengan budaya tempat aku tinggal. Lebih spesifik lagi, aku jadi penasaran dan ingin memegang daun maple yang asli dari Kanada. Ingin memungut langsung daun maple yang rontok di atas empat musim dan mengabadikannya di buku agendaku.

Daun maple, sekali lagi, (hanya) daun maple, punya makna yang sangat magis dalam hidup Alif di novel itu. Ternyata sampai bukunya selesai aku baca aku masih merasakan efek magis si daun maple. Bahkan bertahun-tahun kemudian, efek magis itu masih bertahan. Daun yang fungsi anatominya sama dengan daun-daun lain itu tidak hanya berhasil menopang hidup sebuah pohon tapi juga berhasil membangun mimpi seorang anak manusia.

Kedua, daun maple ini mengingatkanku pada seorang teman, sahabat sekaligus tempat belajar. Namanya Jefri Ramdani. Tentang siapa Jefri mungkin kalian harus cari tahu sendiri di akun pribadinya. Bisa klik disini.

Beberapa waktu yang lalu, entah sejak kapan aku mulai menyadarinya, Jefri beberapa kali membuat postingan tanpa caption berbentuk kata tapi hanya diberi satu atau beberapa emoji daun maple. Postingan itu dengan telak membawa aku ke masa lalu, saat dimana aku masih berani mengkhayal tentang salju di Kanada dan membayangkan menyentuh gurat tulang daun maple sambil memakai baju hangat. Kalau diingat ingat, ternyata selama ini aku lupa kalau pernah menjadikan Kanada sebagai salah satu negara impian.

Saat aku tanya "Kenapa kamu suka pasang emoji daun maple?" Jefri menjawab "Daun maple itu punya makna yang dalem. Coba deh kamu browsing." Dari percakapan pendek ini, aku jadi melakukan riset sederhana soal makna filosofis dari daun maple. Ada beberapa yang aku temukan, tapi yang paling aku catat adalah makna dibalik beragamnya warna daun maple. Daun maple yang kita kenal mungkin yang warnanya oranye atau coklat, tapi ternyata ada juga daun maple berwarna kuning dan warna hijau. Daun maple akan memberikan warna yang berbeda pada musim yang berbeda, dan semuanya tetap menyuguhkan pemandangan yang sangat indah dipandang. Perubahan warna itu ternyata aku tangkap sebagai satu pelajaran penting untuk bisa survive di kehidupan: kemampuan adaptasi. 

Lebih dari penemuan makna hidup itu, Jefri juga memaksa aku untuk kembali pada ambisi-ambisi yang sempat aku "lepas" karena merasa jengah dengan angan-angan. Berita baik datang kepada jefri di tahun ini : Jefri lolos beasiswa LPDP di salah satu kampus di Inggris. Cerita-cerita perjuangan Jefri memaksa aku mengingat kembali bagaimana hangatnya perasaanku saat membayangkan duduk di bench sambil menikmati pemandangan pepohonan maple di Kanada. Membuat aku ingat lagi aku pernah punya impian melintasi Tower Bridge. Membuat aku ingat kembali aku pernah membayang-bayang naik London Eye. Membuat aku ingat, bahwa aku pernah seberani itu menentukan mimpiku sendiri. 

Untuk mengakhiri, aku mencoba untuk memberikan kesimpulan. Pada proses perjalanannya, manusia pasti menemui banyak hal yang tidak sesuai dengan keinginannya atau boleh jadi kadang harus menghadapi situasi yang berlawanan arah dengan apa yang direncanakan. Tapi sebagai entitas yang hidup dan bertumbuh, manusia juga akan selalu bisa menyesuaikan diri dengan hal-hal baru-yang baik atau pun buruk. Syaratnya satu : bersedia untuk terus belajar.

Untuk aku, terima kasih sudah berani bermimpi tinggi. Untuk Jefri, kalau ketemu, aku mau titip salam untuk maple!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023: Final Review

Kubangan

Aku dan Buku