The Journey : Perjalanan ke Kendari (Part 1)


Lokasi pemberangkatan

Halo! Jumpa lagi di kisah perjalanan aku. Boleh dibilang, ini adalah section favoritnya aku. Karena, tidak ada konten cerita jalan-jalan tanpa adanya momen jalan-jalan.

Tulisan ini aku buat saat sampai di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara untuk berpartisipasi jadi peserta di Muktamar IMM XIX. Aku dan rombongan menghabiskan waktu kurang dari 24 jam untuk sampai lokasi transit. Perjalanan yang bisa dibilang singkat ini sebetulnya gak begitu asik untuk diceritakan sebagai kenangan indah karena nggak begitu banyak hal baru yang aku temukan. Tapi, perjalanan tetaplah perjalanan. Selalu ada sparkling joy yang membuat hati ini bungah setiap kali membayangkannya.

Perjalanan ke Kendari ini kami tempuh lewat 3 jenis moda transportasi : bus, kapal laut, dan pesawat. Lengkap sekali kan, semua jenis kendaraan darat laut dan udara kami gunakan. Itu satu hal spesial yang memicu si sparkling joy muncul menyinari hati aku. Hahaha seems too much, but it is totally right. Beberapa paragraf ke depan akan menceritakan hal-hal spesial yang lain yang aku rasakan sejak sebelum berangkat sampai separuh perjalanan kami.

Lokasi tes PCR

Packing koper 

Ketika bepergian, kadang aku menggunakan jenis wadah pakaian sebagai indikator jauh dekatnya perjalanan. Aku bisa banget hanya pakai backpack untuk perjalanan seminggu di dalam provinsi atau pakai koper untuk perjalanan hanya dua hari ke luar pulau. Nah, perjalanan ke Kendari ini kalau dihitung sebetulnya sangat mungkin kalau bawaanku hanya dibawa pakai backpack karena total lama perjalanan yang kami habiskan diperkirakan cuma seminggu dan sudah termasuk perjalanan berangkat dan pulang. Tapi, aku memutuskan untuk pakai koper untuk dua alasan. Pertama, aku harus menjadikan ini sebagai perjalanan jauh yang betulan dengan koper sebagai indikatornya. Kedua, aku sudah terlalu rindu sama momen packing bawaan ke dalam koper. Kalau tidak salah, momen terakhir aku jalan pakai koper itu tahun 2019. Dua tahun yang lalu! Aku terlalu rindu sensasi menyusun barang dalam luasnya rongga koper, terlalu rindu sensasi "klik" saat mengaitkan tali pengaman, terlalu rindu sensasi menutup ritsleting yang kadang butuh mengerahkan tenaga kalau isi kopernya terlalu penuh, dan terlalu rindu sensasi menggunakan fitur kunci dan password koper. 

Aku dan Selat Sunda

Selat Sunda adalah laut yang memisahkan pulau Jawa dan Sumatera. Penyeberangan di selat ini mempertemukan Pelabuhan Bakauheni di Lampung dan Pelabuhan Merak di Banten. Bisa dibilang, Selat Sunda ini jadi saksi bisu proses bertumbuhnya aku. Lebih dari 10 tahun lalu, aku diantar Bapak berangkat ke Jogja untuk daftar sekolah lanjutan. Nadiya kecil melintasi Selat Sunda untuk kali ketiga, tapi untuk pertama kalinya dia dengan sadar membuat percakapan dengan ombak yang berdebur menabrak lambung kapal.

Debur ombak yang konsisten menabrakkan diri ke lambung kapal seolah sedang menunjukkan ilmu hidup pada Nadiya kecil. Ombak-ombak ini akan menjadi buih dan habis begitu berbenturan dengan badan kapal yang terbuat dari besi. Tapi ternyata, kalau ombaknya gak mengorbankan diri, kapal besar yang punya tanggungjawab mengantar muatan ke seberang ini gak bakalan bergerak maju. Begitu kira kira dialog yang muncul dalam kepala aku waktu itu. Perjalanan kali ini membuat Selat Sunda memunculkan efek melankolis yang disebabkan karena tidak berjumpa untuk waktu yang lama dan karena kenangan masa lalu yang tiba-tiba kembali muncul.

Pemandangan buritan kapal

Oiya, ini agak di luar topik tapi aku mau cerita kalau aku suka sekali momen ketika petugas melepas dan menambatkan sauh kapal. Melihat tali tambang sebesar lengan yang diulur dan ditarik dengan kerjasama petugas yang di kapal dan petugas yang di pelabuhan adalah pemandangan yang harus aku nikmati setiap naik kapal.

Menyapa Ibukota (lagi)

Rute perjalanan kami kemarin adalah : titik pemberangkatan - Istiqlal - Bandara Soekarno Hatta. Untuk ke sekian kalinya aku berada di Jakarta, tapi juga untuk pertama kalinya aku mendatangi Masjid Istiqlal. Masjid kenamaan dan kebanggaannya orang Indonesia.

Gerbang Assalam

Kali ini Istiqlal akan jadi fokus pembicaraan aku meski pun aku disana cuma sekadar numpang cuci muka dan sikat gigi. Yang pertama kali mau aku bagikan adalah soal betapa besar dan megahnya masjid ini sampe aku nyasar ketika mencari tempat wudhu dan tempat sholatnya hahaha

Kedua, soal arsitektur masjid ini yang dipuja oleh banyak orang ternyata terbukti benar saat aku melangkahkan kaki dan masuk ke dalam bangunan masjid. Pilarnya, lantainya, kubahnya, halamannya, ventilasinya, semua indah. Toilet dan tempat wudhu yang nyaman juga jadi nilai tambah banget. Masjid favorit pokoknya! Satu lagi, lantainya ademm.

Cakep kan?

Ketiga, masjid ini penuh dengan makna filosofis di setiap bagian-bagiannya. Sesederhana jumlah pintu pun, ada makna tersembunyi di baliknya. Soal ini aku tidak menemukan sendiri, tapi lewat bantuan Google. Bisa dibaca disini tentang fitur spesial dan makna filosofis Masjid Istiqlal.

Baiklah, aku sudah rampung menceritakan sebagian sparkling joy di perjalanan kali ini. Yang lainnya aku lanjutin di part 2 yaa. Salam.

Istiqlal shubuh hari

Komentar

  1. 😁😁 aku sukaa baca tulisan Mbak kewreeeen 🀩

    BalasHapus
  2. Aaa langsung jatuh cinta sama tulisannya, berasa ikut ngerasain perjalanannya. Btw dulu setelah DAD aku pernah punya mimpi untuk bisa ikut jadi peserta muktamar, meskipun ternyata belum tercapai melalui tulisan ini aku bisa ngikut ngerasain vibesnya. Hihi. Ditunggu part² selanjutnya ya mba Nad 🌞

    BalasHapus
  3. Kereeen Nad😍
    Serasa diajak jalan-jalan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023: Final Review

Kubangan

Aku dan Buku