The Journey : Perjalanan ke Kendari (Part 3-habis)

Tulisan yang ini akan jadi part terakhir Perjalanan ke Kendari sekaligus jadi highlight seluruh perjalanan aku. Kalo aku ceritakan detail perjalanan berangkat dan pulang, kayaknya bakal jadi membosankan dan menghabiskan waktu. Jadi di part ini aku hanya akan cerita sedikit soal Kendari dan apa saja yang sudah aku lakukan juga tentang makna bandara dan pelabuhan dalam hidup aku.

Oktober 2021 betul-betul jadi momen cerianya aku. Banyak hal baik yang terjadi, juga banyak hal baru yang aku alami. Termasuk ikut Muktamar dan mengunjungi Kendari untuk pertama kalinya.

Monumen Persatuan di kejauhan

Sengaja aku jadikan logo Muktamar sebagai pembuka. Untuk mengenang bahwa aku pernah menjadi bagian dari sejarah. Kalau dilihat lagi, logo muktamar ini terdiri dari beberapa komponen yang memiliki makna khusus. Ada anoa, hewan khas Sulawesi. Ada Tugu Persatuan (sekarang Tugu MTQ), monumen ikonik Kota Kendari. Ada pinned maps yang menunjukkan bentuk geografis Kota Kendari. Juga ada karakter yang menerjemahkan makna "Merayakan Kebhinekaan".

Kota Kendari ini plat kendaraannya DT. Di sebelah timur, Kota ini berbatasan langsung dengan Laut Sulawesi. Sehingga kota yang luasnya hampir dua kali luas Kota Bandarlampung ini suhunya cukup panas buat aku yang tinggal jauh dari daerah pesisir. Nggak begitu kaget, tapi juga nggak terbiasa dengan panas semenyengat itu.  

View kamar hotel

Dari beberapa referensi Google aku menemukan kalau Kota Kendari ternyata sudah ada sejak abad 19. Saat itu, kota ini menjadi ibukota Kerajaan Laiwoi. Kota Kendari juga pernah didatangi Belanda dan dijadikan sebagai pelabuhan transit untuk perdagangan. Mereka juga mendirikan kantor di sisi utara Teluk Kendari. Kalau aku mengeksplor Kota Kendari lebih jauh mungkin aku bakalan nemuin sisa-sisa bangunan Belanda itu. 

Karena tujuan utama aku ke kota ini bukan untuk jalan-jalan, aku sama sekali gak berminat untuk main atau eksplorasi tempat wisata yang ada di Kendari atau Sulawesi Utara. Bahkan ikon kota seperti Tugu Perjuangan dan Jembatan Teluk Kendari pun nggak aku datangi meski pun jarak tempuh dari hotel tempat aku tinggal sangat dekat. Untuk mendokumentasikan kota Kendari aku merasa cukup hanya memotret dari lantai 11 hotel hahaha.

Anak senja wkwk

Sejujurnya kota ini nggak memberikan efek sparkling joy di aku makanya aku gak terlalu bergairah untuk menjelajahi sudut kotanya. Salah satu alasannya adalah  karena aku gak melakukan riset soal Kota Kendari sebelumnya. Selain itu, jadwal kegiatan yang cukup padat membuat aku makin mager buat menyempatkan waktu untuk keluar dan menikmati Kota Kendari. Jadi yang ada dalam otak aku cuma jadi peserta aja, gak ada kamu jalan-jalan sama sekali. Sebetulnya, kalau tanya ke rekan kami di sana, tempat wisata yang paling terkenal ya ke pulau atau ada Kebun Raya gitu katanya. 

Kegiatannya aku gak jauh-jauh dari kamar hotel dan ruang utama kegiatan. Cuma makan-tidur-makan-tidur and repeat. Kisah keluar hotelnya bisa banget dihitung jari : ke kedai kopi dan ke toko oleh-oleh. Ada lagi, aku keluar cuma kalo pindah hotel. Btw aku disana tiga kali check-in di tiga hotel yang berbeda. Hotel transit sebelum acara, hotel utama, dan hotel transit setelah acara. 


Bandara & Pelabuhan

Kalau dihitung, seluruh perjalanan aku dari berangkat sampai pulang menghabiskan waktu delapan hari delapan malam. Dari tiga jenis moda transportasi, yang pangkalannya kami datangi hanya bandara untuk naik pesawat dan pelabuhan untuk naik kapal laut. Meski pun lewat jalur darat, tapi kami tidak mendatangi terminal untuk berangkat. 

Pangkalan kendaraan ini jadi analogi pertemuan dan perpisahan buat aku. Di stasiun, di terminal, di bandara, di pelabuhan, berbagai rupa moda transportasi mengangkut penumpang untuk bertemu dengan tempat tujuan mereka. lalu pada saat yang sama mereka sedang melambaikan salam perpisahan pada apa-apa yang mereka tinggalkan di belakang mereka. Entah itu meninggalkan orang terkasih, atau meninggalkan kenangan.

Mendatangi stasiun atau pelabuhan membuat aku mengingat bahwa pertemuan dan perpisahan adalah keniscayaan. Entah kita akan mengalaminya dalam waktu cepat atau lambat, tapi kita tetap harus bersiap. Nyatanya, memang kita hanya berpindah dari satu perpisahan ke perpisahan lainnya. Sekali lagi, kita harus bersiap.

Yang aku temukan

Setiap melakukan perjalanan ke daerah di Indonesia, selalu ada hal baru yang aku temukan. Sesuatu yang khas dari daerah tersebut. Yang pasti mudah ditemukan si soal bahasa dan logat, makanan, atau tradisi adat lokal. Tapi, di Kendari aku menemukan beberapa hal yang cukup unik buat aku

Pertama, merk air mineral lokal. Ini sebetulnya hampir tiap daerah punya ni. Kawan-kawan di Lampung pasti tidak asing dengan merk Grand, Great atau Tripanca. Iya, itu merk air mineral Lampung punya. Biasanya yang dari luar daerah Lampung sama sekali gak pernah tau merk-merk itu. Di Kendari juga ternyata ada merk lokalnya. Yang aku temukan kemarin ada merk Maxi dan LT.

Kedua, ternyata Pecel Lele Lamongan tu ada dimana mana ya. Bentuk bannernya yang khas itu juga bisa aku temukan di Kendari sana. 

Akhirnya, aku kembali diingatkan bahwa perjalanan adalah tentang menemukan. Menemukan hal yang baru, atau menemukan sesuatu yang lama hilang.

Selesai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023: Final Review

Kubangan

Aku dan Buku