Aku Positif Covid! (Part 2-habis)

Halo!

Postingan ini masih lanjutan dari yang sebelumnya. Di tulisan pertama, isinya soal apa yang aku rasakan dan apa yang aku lakukan. Di bagian ini aku akan menceritakan hal-hal yang paling aku syukuri selama positif covid dan isolasi mandiri juga sedikit cerita tentang bagaimana bersyukur bisa jadi salah satu coping mechanism buat aku. Btw, tanggal 11 Agustus kemarin aku sudah swab antigen dan hasilnya negatif. Senang sekali!

Aku mau ceritakan dulu hal-hal apa yang aku syukuri setelah dinyatakan positif covid. Meskipun pada dasarnya aku paling bisa berbaik sangka bahkan pada kondisi terburuk sekalipun, tapi kalau dituliskan akan jadi lebih meaningful lagi. Selain itu, hal-hal yang aku sebutkan di bawah adalah hal-hal yang memang once in a blue moon (cari sendiri yaa artinya di Google wkwk). 

akhirnya bisa berjemur dengan benar hehe

1. Aku positif covid setelah menyelesaikan cucian baju aku yang jumlahnya tiga ember itu. Bayangkan kalau aku harus isolasi dan gak punya baju apapun di lemari. Jadi sore hari waktu aku rampung nyuci, malamnya aku mulai demam. Sejak saat itu, jangankan nyuci, mandi aja kagak hahaha

2. Rasanya aku harus menuliskan kemenangan Greysia Polli sebagai salah satu hal yang paling aku syukuri. Menjadi ganda putri Indonesia pertama yang meraih medali emas Olimpiade betul betul momen yang langka. Perasaan haru yang sama aku rasakan saat dulu di tahun 2012 Owi dan Butet juga meraih tropi All England di kategori ganda campuran setelah memenangkan pertandingan melawan pasangan Denmark. Kemenangan Owi Butet itu juga jadi kemenangan ganda campuran Indonesia pertama di All England sejak gelar terakhir di tahun 1979.

3. Merasakan meriang beneran, buat seorang aku adalah sesuatu yang jarang sekali terjadi. Kalo kalian kenal aku mungkin paham banget aku ini tipe orang yang bisa banget gak sakit demam sepanjang tahun. Iyaa, demam is not so me. Kalo misal kondisi imun down, paling tu cuma batuk atau pilek. Ditambah lagi, demam ini munculnya juga aku yakin bukan karena efek abis perjalanan jauh. Another not so me to be sick after a trip hahaha. Jadi, begitu aku muncul demam semakin yakin kalo ini symptom yang mengarah ke covid.

their colours is one of my gratitude. cakep banget!

4. Wash my hand like crazy. Di hari pertama dan kedua  munculnya gejala tu aku tenang-tenang aja sampai di hari ketiga mbahku juga ngeluh demam. Disitulah aku baru panik guys. Terus waktu dibawa ke klinik alhamdulillah aman aja. Mbah sakitnya karena hipertensi ternyata. Waktu dicek saturasinya juga aman dan baik banget. Tiba-tiba aku bersyukur banget soal kebiasaan cuci tangan aku yang aku sendiri pun bilang itu lebay wkwk. Rutinitas pagiku itu cuci piring, masak nasi, dan kadang masak sayur di dapur. Bahkan saat aku mulai bergejala pun aku masih melakukannya. Barang di dapur yang aku pegang sudah pasti bakal dipegang juga sama simbah. Aku gak yakin juga sii sama ini tapi aku rasa ada pengaruhnya juga karena aku tu cuci tangannya bisa kali 5 kali dalam waktu 3 jam. Yaa pokoknyaa setiap mau pegang ini cuci tanga, abis pegang itu cuci tangan. Gitu. 

5. Sudah vaksin, nggak anosmia, bisa berjemur, less-carbs and sugar, dapet kiriman paket isoman dari Lazismu Lampung, dapet kiriman buah matoa the imun booster dari Mami Banun, serum baru, menikmati wangi inhaler, pake lip balm setiap hari, minum air putih 2 liter sehari, konsultasi psikologi, lebih rajin nulis blog dan banyak lagi hal luar biasa yang nggak mungkin aku sebutin semuanya.

Nah guys, dengan cerita ini aku mau ajak kalian untuk nyobain buat menuliskan hal-hal yang kalian syukuri setiap harinya. Bahwa bercerita bukanlah proses bicara, tapi bercerita adalah proses menyampaikan sesuatu. Oiya, mensyukuri sesuatu dan menuliskannya adalah salah satu proses healing yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecemasan. Banyak psikolog juga memberikan saran kepada kliennya untuk melakukan journaling yang isinya kurang lebih soal apa yang dirasakan hari ini dan soal apa-apa yang disyukuri sebagai bagian dari treatment. Kalau nggak terbiasa memang males banget guys melakukannya, karena menuliskan isi hati kita tu kurang lebih sama dengan berbicara. Kita harus terlebih dahulu mengakui dan menerima rasa yang muncul untuk kemudian bisa mengeluarkannya baik dalam bentuk tulisan atau pun kata-kata secara lisan.

menemukan spot baru buat baca buku

Aku melakukan journaling sudah bertahun-tahun, tapi sekarang lagi skip karena bosen jugaa nulis pake tangan terus dan sedang cari platform baru yang nyaman buat “ngoceh”. Dulu, aku menuliskan aktifitas harianku adalah karena aku hanya melanjutkan kebiasaan ibu yang juga menuliskan perkembangan aku dari masih bayi sampai aku SD. Kalau ada pujian “kok kamu rajin banget si”, aku malah bingung harus gimana ya karena aku juga gak tau itu buat apa hahaha. Terus apa efeknya? Yang paling bisa dilihat adalah aku sering marah tapi hampir tidak pernah marah-marah. Mari kita bedakan marah sama marah-marah. Marah adalah perasaan alamiah yang setiap orang pasti mengalami. Tapi kalo marah-marah itu ekspresi dari rasa, yang setiap orang punya hak untuk memilih melakukannya atau tidak. Selain marah, hal yang sama juga terjadi di berbagai emosi rasa manusia kayak sedih juga senang. Aku bukan tidak mengalaminya, tapi aku hanya tidak mengekspresikannya lewat lisan dan mimik muka. Aku punya media lain untuk merilis perasaan yaitu lewat tulisan.  Ini pun baru bisa aku simpulkan belum lama ini. Years later I realize that journaling is a very important part of my life. For every ups and downs I’ve been trough, I just wonder how if I was’nt jot the feelings on my books.

Jadi, yuk mulai syukuri hari-harimu dan tuliskan. Biar esok lusa kamu bisa lihat ke belakang dan menemukan kamu yang dulu memang sehebat itu!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023: Final Review

Kubangan

Aku dan Buku