Aku dan Muhammadiyah


Hari ini, 18 Juli 2021 atau bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1442 merupakan hari bersejarah karena ada dua milad yang terjadi dalam satu hari. Milad Muhammadiyah ke-112 dan Milad IPM ke-60. Tulisan di blog ini hanya cerita lepas mengenang masa lalu bersama Muhammadiyah sebagai ucapan terima kasih saja si, sekaligus merayakan momentum milad dua organisasi ini. Lihat teman-teman di Twitter asik sekali pamer cerita selama di IPM, membuat aku menyadari kalau aku gak ada kenangan berarti di IPM wkwk. Tapi tetep, lahir dari keluarga Muhammadiyah, membuat aku menganggap Muhammadiyah sebagai bagian dari hidupku. Dan memang benar. Hampir seluruh usiaku, aku habiskan dengan menjadi bagian dari Muhammadiyah. Hingga pada akhirnya, aku bisa simpulkan Muhammadiyah adalah komponen penting yang menemani proses aku tumbuh jadi dewasa. Makanya aku gatel mau cerita juga, tapi keterbatasan karakter di Twiiter bikin gak bebas ngoceh.

Briefing Volunteer Lazismu

Kenangan pertamakali interaksi aku dengan Muhammadiyah adalah saat aku sekolah di TK ABA Serbajadi. Lokasinya dekat rumah. Sebelumnya mungkin Bapak dan Ibu kerap mengajak aku ke agenda Muhammadiyah, tapi aku ndak ingat karena aku masuk TK di usia 4 tahun. Masa TK aku jalani sampai 3 tahun kemudian. Kata Bapak masuk SDnya harus usia 7 tahun. Akibatnya, saat teman-teman sekelasku sudah kelas 2 SD, aku masih stay di Taman Kanak Kanak. Fase ini mungkin tidak begitu memberikan pengaruh berarti soal pandanganku terhadap Muhammadiyah, tapi justru jadi fase terpenting karena disinilah petualanganku bersama Muhammadiyah dimulai.

Petualangan selanjutnya aku jalani selama 6 tahun di SD Muhammadiyah 1 Bandarlampung. Aku merantau sudah sejak SD guys. Domisili di Lampung Selatan, tapi sekolahnya di Kota Bandarlampung. Secara administratif bisa dibilang merantau kan walaupun perjalanannya hanya 15 menit wkwk. Kalau masa TK adalah gerbang masuknya, maka di SD ini jadi fase "lihat-lihat" seperti di pameran seni. Guru-guruku memperkenalkan Muhammadiyah sekaligus nilai-nilai hidup yang jadi bekal penting untuk perjalanan aku yang selanjutnya. Sedangkan kami hanya menerima saja apa yang diajarkan oleh para guru. Saat itu mungkin aku dan teman-teman tidak menyadari bahwa yang "dipamerkan" oleh guru kami adalah hal yang sangat berharga. Kami tidak hanya diajari menyelesaikan soal hitungan matematika atau mengerjakan soal cerita bahasa Indonesia, tapi juga diajari bekal untuk kehidupan kami di masa depan. Ada dua hal yang aku paling ingat : kata-kata Bu Salamah waktu aku kelas 1 SD, "harus bisa membaca supaya tidak bodoh" kata beliau. Dan metode Bu Wiwik saat mengajar kami di kelas 6, membuat kami dipaksa jadi manusia yang tidak hanya cerdas intelektualnya tapi juga memiliki kecerdasan sosial. Aku sedih sekali saat menulis ini, karena beberapa hari yang lalu kabar duka datang dari guruku waktu SD. Pak Rudi namanya, beliau menjadi salah satu orang baik yang harus meninggal karena Covid. Perawakan Pak Rudi gemuk dan tinggi, tapi dulu lihai sekali memandu kami senam pramuka setiap Jum'at bahkan menjadi pengajar ekstrakulikuler tari. Jasa Pak Rudi besar sekali terhadap pendidikan anak-anaknya Bapak karena kebetulan kami lima bersaudara sekolah di SD yang sama. Jika teman-teman membaca ini titip do'a untuk Pak Rudi yaa. 

Setelah aku lulus SD di tahun 2009, aku kembali melanjutkan ke sekolah Muhammadiyah. Tapi merantaunya lintas pulau. Name it Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Amboy, aku tidak menyangka bisa sebangga ini menuliskan nama sekolahku. Yak, aku sekolah disini selama 6 tahun, menghabiskan masa remajaku dengan tinggal di asrama bersama kawan-kawan dari penjuru Indonesia. Bakal panjang kalau harus diceritakan tuntas guys, karena disini adalah fase "pencarian" dan aku menemukan baaanyak sekali hal yang aku bisa ambil pelajarannya. Ingat sekali, dulu aku ngomel-ngomel karena sebal dengan konsep "long life education" yang gak nikmat sama sekali buat remaja labil yang sedang cari perhatian. Bertahun-tahun kemudian baru aku sadari bahwa konsep tersebut ya memang ndak bisa instant hasilnya. Masa bersekolah disini sekaligus jadi 6 tahun paling berharga karena aku jadi punya dua rumah : Lampung dan Jogja. Frankly speaking, I have so much bad things happen on the past, but I do love what I am being today. 

bersama teman di Mu'allimaat
Mewakili pemuda muslim di event KUB

Tahun 2015 aku lulus dari Mua'llimaat dan keterima di PTN. Tapi tenang, cerita Muhammadiyahku gak berhenti, karena ketika maba aku gabung di UKM Tapak Suci dan juga IMM Komisariat Unila. Lalu di akhir  kuliahku yang sudah di ujung tanduk ini aku juga gabung sebagai volunteer di Lazismu Lampung yang membuat aku mungkin akan tetap punya cerita bersama Muhammadiyah walaupun sudah ndak IMM atau Tapak Suci lagi. Momen saat gabung di ortom sambil kuliah ini jadi momen yang paling memorable tapi sesungguhnya ini bukan fase terpenting. Cara aku menjalani fase yang ini adalah kompilasi dari fase-fase yang sudah aku jalani sebelumnya. Nilai yang diajarkan orang tua, guru dan lingkungannku adalah bekal yang aku miliki untuk bisa jadi aku yang seperti sekarang ini. Dan semua hal baik yang aku miliki hari ini jelas tidak lepas dari campur tangan Muhammadiyah. 

momen di IMM
momen di Tapak Suci

momen di Lazismu


Oke cerita selesai, selamat milad gerakanku. Terima kasih sudah menjadi berarti dan memberi pengaruh luar biasa. Semoga semakin berkemajuan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023: Final Review

Kubangan

Aku dan Buku