Perjalanan ke Utara

Tugu Payan Mas, ikon Kotabumi

Terlahir jadi manusia biasa membuat aku harus meninggalkan sesuatu yang bisa jadi tanda keberadaanku setelah aku mati nanti. Alasan yang selalu jadi force majeur atas hal-hal yang aku simpan dalam tulisan adalah : aku ingin abadi. Dan pilihan paling mudahnya adalah meninggalkan cerita dari setiap kejadian. Termasuk tulisan yang sentimentil ini. Jangan sampai nggak terabadikan deh pokoknya.

...
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, 
Ikhlas beramal dalam bakti
Gemilang sinar surya, 
Menyinari fajar harapan
...
(Kotabumi, Maret 2021)

Jadi, sampai hari ini potongan Hymne IMM masih sangat terasa mengharukan saat dinyanyikan. Liriknya jadi saksi perjalanan yang aku tidak pernah sangka akan aku temui dalam hidupku. Ketika upacara penutupan kegiatan, air mata kami para instruktur (dan beberapa peserta) nggak bisa ditahan lajunya. Kalimat "ikhlas beramal dalam bakti" betul-betul menjadi puncak sihir yang menimbulkan perasaan magis. Membuat kami (aku khususnya) seperti melihat kilas balik perjuangan yang sudah kami lalui demi terlaksananya agenda ini. Momen dimana kami berdiri detik itu adalah ujung manis yang kita nanti nantikan. Tangisan itu muncul sebagai perasaan lega dan ungkapan syukur kami.

Kalo diibaratkan, perjalanan ini adalah benang-benang yang berkelindan dan bentuknya baru terlihat bertahun kemudian. Dulu, aku nggak tau benang-benang itu akan ditenun jadi bentuk apa dan hari ini mulai terlihat warna dan bentuk dari helai-helai yang sudah dirajut lewat bitter sweet peran instruktur. Oiya, this post will be very segmented guys. Akan IMM banget dan instruktur banget. Buat yang gak paham arah tulisan ini, mohon maaf aku ndak bisa jelaskan pengertiannya disini. Tapi gak papa si sebenernya. Karena secara umum value yang aku bawa masih bisa dipake di kehidupan temen-temen yang bukan IMM ataupun bukan instruktur. 

Perjalanan ke Utara
Bisa dibilang pertumbuhan aku di IMM khususnya di instruktur sedikit terlambat jika dibandingkan teman-teman seumuranku.Walaupun aku sudah jadi instruktur dari tahun 2018, tapi rangkaian puzzle perjalanannya baru bisa kulihat jelas road-map nya di hari ini. Tepatnya beberapa hari setelah aku menuntaskan tugas jadi instruktur untuk Darul Arqam Madya (DAM) di Lampung Utara. Kalau penugasan di DAD dan DAM sebelumnya adalah training centre, DAM Lampung Utara jadi peluit mulainya pertandingan. Dimana aku bisa mulai memainkan peranku dengan strategi yang sudah disusun sebelumnya. Lalu apalagi yang membuat perjalanan ke Lampung Utara ini spesial?
  
Pertama, I love to wander and I love to discover a new place. Begitu banyak tempat baru dan orang baru yang aku temui disini. Kalo kata Marie Kondo, semua itu tu menimbulkan yang namanya sparkling joy. Semakin banyak perjalanan, aku semakin yakin bahwa Indonesia masih punya begitu banyak stok orang baik. Makanya kenapa tagline blog ini menjadikan "the journey" sebagai main point dan "the destination" hanya sebagai bonus saja. Fakta bahwa aku akhirnya menginjakkan kaki di UM Kotabumi untuk pertama kalinya, naik bis ke Lampung Utara untuk pertama kalinya, mencoba wahana sepeda gantung Green Bamboo untuk pertama kalinya adalah beberapa dari begitu banyak journey yang aku dapatkan selama beberapa hari berada disana.


Kedua, kolaborasi dan kerja tim sangat jadi pendukung berlangsungnya agenda ini. Related to Covid-19 yang kemudian mempopulerkan istilah work from home, kami betul-betul dipaksa untuk memaksimalkan mobile working dari tempat masing-masing. Jarak yang terpisah Bandar Lampung-Lampung Utara tidak jadi hambatan untuk menyelesaikan apa yang sudah kita mulai. Kebetulan juga bagian kerjaku adalah maintain form isian yang bisa dikerjakan dari jauh, jadi sangat bisa dilakukan tanpa perlu tatap muka. Kita adalah bukti nyata dari "new normal"

Ketiga, aku semakin yakin bahwa pendekatan yang berbasis potensi adalah sebuah pilihan yang baik. Selama ini aku masih menjadi seseorang yang terlalu meributkan kekurangan. Mari kita persempit bahasan ini dalam konteks pendidikan yaa teman-teman. Biar ndak menimbulkan perdebatan. Mengolaborasikan banyak titik potensi itu hari justru menjadi strategi jitu untuk bisa survive di jaman yang sedang marak digitalisasi katanya. Dan kita, masih sangat jauh dari mampu untuk bisa berkolaborasi untuk membentuk sistem yang sustain dari potensi-potensi yang ada. Intinya : perjuangan belum selesai. Momen yang aku analogikan sebagai pertandingan ini memang betul betul menjadi pintu perjuangan di masa yang akan datang. 


Terakhir, terimakasih sebanyak-banyak dan sebesar-besarnya untuk kesempatan belajar. Dari sini aku bisa lebih merefleksi diri sendiri sebelum kemudian aku mempunyai ambisi lebih untuk bisa mengubah keadaan di sekitarku. Aku betul-betul tidak pernah menyesal pernah menjadi bagian dari pahit manis perjuangan bersama orang-orang di dalam kisah ini. Semoga berkah rahmat Illahi melimpahi perjuangan kami. Amin.

Komentar

  1. Sparkling joy = kegembiraan yang berkilauan
    Dapet kata Kata bari,
    Thank youu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023: Final Review

Kubangan

Aku dan Buku