Untuk Sakura

Tempat sampah di Jepang

Jam 17.43 WIB di Lampung Selatan saat aku menulis ini

Tadi pagi, ada status isi salju lewat di aplikasi Whatsappku. Datangnya dari status Mbak Ummu, salah satu seniorku di UKM Tapak Suci yang sekarang sedang menempuh studi doktoral di NAIST (Nara Institute of Science and Technology). Kondisi hujan membuat efek dinginnya salju bisa dirasakan langsung. I feel the temperature, I feel the excitement dari bagaimana Mbak Ummu bersuara lewat video dan bagaimana Mbak Ummu dan temen-teman langsung turun ke bawah menyambut turunnya salju. Btw, salju kali ini spesial katanya, karena ini adalah salju tebal pertama di NAIST setelah yang terakhir ada di tahun 2012. 

Tujuan nulis ini cuma buat mengisi waktu sambil menunggu Maghrib aja sii hehe. Intinya ini adalah kilas balik sedikit memori yang pernah aku lewati bareng Mbak Ummu (btw, aku ndak tau how to spell her name correctly). Selain itu, aku butuh pencitraan di hadapan Google. Aku juga ada tulisan yang dipost lhoo, walaupun bukan penelitian ilmiah. Sudah cukup Artificial Intelligence-nya mendeteksi aku sebagai penonton video TikTok di Instagram atau streaming Ikatan Cinta di Youtube wkwk.

Oke, pertemuan pertamaku sama Mbak Ummu sejujurnya nggak bisa aku ingat dengan jelas. Kalau nggak salah kejadiannya adalah saat beliau jadi pemateri waktu acara keakraban UKM Tapak Suci (kami menyebutnya pendadaran). A very good first impression! Lalu, komunikasi pertama adalah ketika sesi jalan malem dan aku mampir di pos yang ada Mbak Ummunya. Gara-gara Mbak Ummu berhasil meminta ID card aku, jadi aku harus bersedia dihukum di pos selanjutnya. A not really good second impression, but a very good start! 



Usiaku dan Mbak Ummu terpaut 1 atau 2 tahun saja. Tapi, asam garam hidup yang sudah dilewati Mbak Ummu bukan main hebatnya. Ini tidak melebih-lebihkan yaa. Karena memang aku belajar banyakk banget hal besar maupun kecil dari seorang Mbak Ummu. Sekarang, entah apa yang sedang dilakukan Mbak Ummu di Jepang sana pun aku tetap bisa banget memetik pelajaran dari beliau. I'm so lucky to have her on my Whatsapp status, bisa melihat Jepang langsung dari mata pertama. Bisa menyaksikan perjuangan studi doktoral langsung dari orangnya. Meskipun mostly yang dipajang adalah bahagianya, tapi I'm totally sure it was just an iceberg. Kita cuma lihat ujungnya aja. Sooo much struggles and juggles must be laying on the other side

Kalau diceritakan satu persatu, bakalan panjang dan membosankan deh isi ceritanya. Beberapa hal yang aku dapat dari Mbak Ummu dan yes it changes my life a lot adalah tentang manajemen waktunya. Masih inget banget zaman dulu masih di bawah bimbingan Mbak Ummu waktu jadi sekretaris pelaksana, she is a very list based person. Hari ini mau ngapain aja, dibuat list. Pekan depan mau ngapain aja, dibuat list, sampe bulan depan bahkan tahun depan kudu ngapain aja sampe ada lho listnyaa. Dan hebatnya, I can see some lists are crossed out before the due date : sudah diselesaikan.

Yang kedua soal tawakkal dan keberserahannya Mbak Ummu pada Allah. Kalau mengingat dulu beliau pernah juga jadi pejuang LPDP (walaupun belum rezeki), pernah juga mendedikasikan diri secara penuh untuk jadi panitia kejuaraan (bahkan ketika sudah wisuda), pernah menghadapi "badai" ketika sarjana pendidikan harus nge-lab sebagai mahasiswa fisika murni, dan pasti masih banyak kisah perjuangan beliau yang nggak terekspos. Aku yakin nggak semua orang berkesempatan untuk melalui semua itu. Tapi, buat Mbak Ummu the show must go on. Alhamdulillahi bini'matihi tatimmush sholihaat adalah ucapan yang sering sekali lewat di captionnya.

Terima kasih Mbak Ummu, sudah jadi bagian lekat dari proses hidupku. Semoga Mbak Ummu selalu diberi kekuatan hati untuk melewati badai-badai di depan sana. Semoga selalu diberkahi senyum untuk menemui bahagia-bahagia di depan sana. Aku tunggu kisah musim seminya yaa. Biar aku bisa titip salam untuk sakura...

Pukul 19.15 WIB di Lampung Selatan saat tulisan ini aku publikasikan
 
p.s. gambar-gambar dalam tulisan ini aku comot dari akun Instagram Mbak Ummu sendiri. Bisa kepoin disini 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023: Final Review

Kubangan

Aku dan Buku