Untuk Sisna


Kudus yang dijuluki Kota Kretek sepertinya memang dilahirkan spesial. Ceritanya bermula ketika sekolah dasar aku belajar IPS dan salah satu bahasannya adalah masjid yang memiliki arsitektur menyerupai candi. There is a sparkling joy when I heard the story.

Sampai akhirnya belasan tahun kemudian, aku ditakdirkan menginjakkan kakiku di Tanah Kudus. Bagi seorang pejalan sepertiku, jarang sekali menjadikan destinasi sebagai daya tarik utama. Tapi Kudus berbeda. Ada sesuatu yang magis menyusup masuk ke rongga dada ketika menyadari aku ada di tanah yang masjidnya aku kagumi bertahun tahun yang lalu.

Tapii kali ini bukan Kudus yang akan aku bahas. Mungkin lain waktu. 

Tulisan ini buat Sisna, gadis Jepara (dulunya) tapi kuliah dan berorganisasi di Kudus. Sepuluh hari yang lalu Sisna melangsungkan pernikahan dengan lelaki yang-bisa jadi dia tidak sadar-ditunggu selama ini. Jadi aku bermaksud memberi ucapan selamat yang agak panjang sebagai pengganti kehadiranku. Ah mungkin juga ini bukan ucapan selamat saja isinya, tapi juga cerita pertemuan aku dan Sisna.

Parkiran Universitas Muhammadiyah Kudus jadi saksi pertemuan kita. Saat itu Sisna bantu aku dan temanku buat bawain tas-tas kami yang banyak dan berat itu. Saksi pertemuan selanjutnya adalah SMK Muhammadiyah Kudus, menginap beberapa malam untuk menjalani pengkaderan. Setelah perkaderan selesai, kami bebas memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal diluar. Yang aku lakukan salah satunya adalah menyempatkan main ke rumah Sisna, numpang tidur dan mandi sore, lalu kita melanjutkan main ke Colo (ada juga yang menyebut Muria) dan Alun Alun Kudus. 

Pertemuan aku dan Sisna singkat sekali, tapi sangat membekas. Masih jelas di ingatan bagaimana aku mengagumi Sisna yang tidak hanya berparas cantik tapi juga cinta buku dan punya jiwa saudagar. Juga masih jelas tergambar ketika menyusuri setapak kaki Gunung Muria, tiba tiba saja kita membicarakan soal masa depan. Yaa tentang kuliah ya tentang nikah ya tentang cita cita. Seru sekali. Selama dua hari, ngobrol dengan Sisna tidak pernah membosankan. Selalu ada saja bahan obrolan yang fresh dan renyah. Aku bersyukur sekali pernah dipertemukan dengan Sisna.

Kudus dan Sisna adalah sepaket pelajaran hidup yang tidak bisa aku biarkan terlupa dilahap waktu. Oleh karena itu aku perlu mengabadikannya dalam tulisan. Siapatau, bisa jadi bahan cerita saat tua nanti. 

Buatku Sisna sudah seperti teman baik juga saudara. Di hari bahagianya, aku jelas ikut berbahagia. Selamat menikah Sisna dan Nurife, semoga bahagia dan berkah mengiringi mahligai keluarga kalian. Barakallahulakumaa wa baraka 'alaikumaa wa jama'a bainakumaa fii khaiir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023: Final Review

Kubangan

Aku dan Buku