Untuk Isna




Aku, Isna dan IMM is a complementary relation. 

Tidak lengkap kalau kehilangan satu sama lain. Pertemuan pertama kita adalah Januari 2 tahun yang lalu. Berarti hari ini, sudah hampir 3 tahun aku kenal Isna. 

Masih jelas di kepala, obrolan pertama aku dan Isna adalah di warmindo dekat lokasi pengkaderan kita dulu. Entah disengaja atau tidak, pembicaraan kami saat itu mengalir saja. Lancar sekali seperti sudah lama kenal. Aku tidak pernah menyesali takdir Tuhan yang menyuratkan pertemuan kami di hari itu. Karena hingga berminggu dan berbulan bulan kemudian obrolan seperti itu selalu hadir di antara kita. Selalu asik dan menyenangkan.

Pernyataan di kalimat pertama postingan ini harusnya bisa menjelaskan semuanya. Tapi tetap butuh aku perjelas rasanya. Jika aku dan isna adalah dua entitas yang berbeda, maka IMM adalah penghubungnya. Sudah lebih dari 1000 hari sejak aku dan Isna bertemu pertamakali, dan sudah berbagai macam hal mencoba memutus hubungan aku dan isna. Tapi IMM selalu kembali menyatukan kami. Menyatukan aku yang tidak bisa mengekspresikan rasa dan Isna yang selalu bisa asertif menyampaikan ekspresinya (meskipun aku juga tau, dia punya jurang dalam yang tidak bisa dijangkau tempat dia menyembunyikan keluh kesahnya). Menyatukan aku yang hanya mampu memandang detail kecil dan Isna yang punya pandangan lebih universal, kita cocok sekali jadi agen rahasia ehehe. 

Cerita barengan sama Isna mah bakalan jadi novel kalo ditulis disini. Tapi yang paling aku inget yaa waktu main ke kampung halaman Isna di Bukit Kemuning. A very long but amazing trip. Ohiyaa makan cuanki di jalur dua unila juga inget banget. Terus nginep berhari-hari di Wira Garden karena ngurusin DAM. Terus...dahlah, kebanyakan.

Aku tuliskan ini bukan untuk apa apa kok, hanya memastikan cerita ini terabadikan saja. Barangkali nanti waktu tua bisa dibaca ulang. Karena disadari atau tidak, aku dan Isna sudah mulai menapaki langkah hidup yang selanjutnya. Kita sudah besar ya ternyata. Liat aja, udah jarang banget ketemu. Udah sama-sama sibuk kerja terus setiap hari. Udah gak pernah lagi jajan cilor di Persit. Udah kehilangan kebiasaan nge-bully makhluk yang namanya Ferdinan. Hii jadi mellow kan

Pokoknya apapun itu, aku merasa beruntung bisa kenal sama Isna. Selamat menjalani hari-hari kedepan dengan bahagia yaa. Semoga Allah lancarkan segala rencana. Semoga Allah khatamkan niat-niat baiknya. Semoga kita berkesempatan mengenang hari kemarin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023: Final Review

Kubangan

Aku dan Buku