Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Kenapa Jalan Asal?

Gambar
Postingan kedua #kadobuatnadiya Aku sudah melewatkan 1 hari jatah postingku. Ingkar janji sekali anda, kisanak. Tapi ada alasannya kok. Aku cuma belum menemukan bahan cerita yang “klik” untuk dibagikan. Tapi, sekarang sudah J Sebelum berkelana jauh ke cerita-cerita lain, aku mau ceritakan asal usul kenapa Jalan Asal aku jadikan nama blog ini. Tapi untuk mencapai kesitu, aku harus bawa kalian flash back 9 tahun sebelumnya. Tepatnya tahun 2012, saat itu aku kelas 3 Madrasah Tsanawiyah (setara kelas 9 SMP). Aku tinggal di sekolah berasarama kala itu. Dimana setiap kamar di asrama ada pendamping yang kita sebut mujanibah. Mujanibah ini asalnya dari kakak kelas yang duduk di kelas 10 atau 11 Aliyah. Masa tugas mujanibah cuma setahun lamanya. Ketika kenaikan kelas, yang kelas 10 akan pindah asrama dan yang kelas 11 akan bebas tugas karena harus fokus Ujian Nasional di kelas 12. Singkat cerita, sampailah kami di penghujung tahun dan mengakhiri kebersamaan sama mujanibah kama

#kadobuatnadiya

Gambar
#kadobuatnadiya is back! Jadi ini adalah self-project untuk merayakan ulang tahunku setiap tanggal 18 Agustus. Dimulai tahun 2018 saat ulang tahun ke-22, dalam bentuk cerita tentang hal kecil yang aku syukuri setiap hari. Dibagikan lewat story Instagram selama 22 hari penuh. Alasannya, kenapa sih harus ada #kadobuatnadiya? Yang pertama, ini sebagai wujud apresiasi dan rasa syukur karena sudah bisa sampai di usia 23 tahun. Terimakasih kepada Allah Swt atas karuniaNya memberikan kesempatan bernafas selama 23 kali revolusi bumi, juga apresiasi terhadap diri sendiri karena berhasil melewati ups and downs selama 23 tahun ini. Alasan kedua, tidak lain dan tidak bukan adalah biar awet. Kalo ngasih kado ke orang pernah gak mikir gini : "jangan kasih makanan, gak ada bekasnya." atau "Kalo ini, nanti rusak gak kepake lagi". Pernah kan? Nah, kalau kadonya tulisan kan bakal awet selamanya. Aku mati pun, tulisan ini bakal tetep ada. Lalu pesan Pramoedya Ananta Toer juga ja

Kubangan

Gambar
Orang orang menyebutku kubangan. Cekungan jalan aspal yang menciptakan ceruk sehingga saat hujan datang, mampu menampung beberapa kubik air di dalam tubuhku. Menggenang. Aku tercipta belasan tahun yang lalu saat pemerintah melakukan perbaikan jalan nasional di kota ini. Dana yang sangat tipis karena dikorupsi oleh tikus-tikus berdasi, menyebabkan para pekerja juga mengerjakan proses pembuatan jalan dengan prinsip : yang penting selesai. Kata mereka aku hanya kubangan air di sisi jalan aspal yang akan habis menguap saat sang surya bersinar. Mereka bilang aku ini benda mati yang hanya bisa diam bergeming menatap laju roda-roda yang berseliweran tiada henti dan tidak murka meski tubuku dilindas berkali kali hingga isi tubuku muncrat keluar mengenai apa yang ada di dekatku. Meskipun anak-anak kecil suka bermain menciprat-cipratkan air di tubuhku kepada kawannya, tapi petugas Puskesmas malah gencar memusnahkan aku. Sumber nyamuk katanya. Mereka salah. Aku ini makluk dengan pencium